Mengenai Saya

Foto saya
Bekasi, Jawa Barat, Indonesia

Minggu, 28 Oktober 2012

Tolong Menolong

Menolong

Menolong merujuk kepada proses membantu mengurangkan tekanan seseorang atau klien yang tidak berkaitan dengan bidang perubatan. Proses ini bertujuan untuk membantu klien supaya mereka boleh membuat pilihan yang lebih baik dan dapat meningkatkan keupayaan kediri seseorang.

Dalam pandangan Islam adalah dien yang rahmatan lil’alamin (rahmat bagi semesta alam) Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa Islam merupakan agama yang sarat akan manfaat dan maslahat baik bagi individu maupun sosial. Islam adalah dien yang senantiasa mengajarkan untuk memberikan manfaat dan maslahat kepada sesama manusia maupun sesama ciptaan Allah subhanahu wata’ala.

Tolong-menolong memang telah menjadi satu bagian yang tidak dapat di hilangkan dari ajaran Islam. Islam mewajibkan umatnya untuk saling menolong satu dengan yang lain. Segala bentuk perbedaan yang mewarnai kehidupan manusia merupakan salah satu isyarat kepada umat manusia agar saling membantu satu sama lain sesuai dengan ketetapan Islam.

Islam memang telah mewajibkan kepada umatnya untuk saling menolong satu sama lainnya. Namun demikian, Islam pun memberikan batasan terhadap apa yang telah diajarkannya tersebut. Dien Islam merupakan sebuah ajaran Robbani yang berisikan hukum-hukum dan aturan-aturan. Maka apa yang telah diajarkan di dalam Islam pun tidak dapat dilakukan dengan semaunya sendiri, melainkan ada petunjuk atau aturan pakai.

Untuk itu, hendaknya umat Islam juga harus mengerti benar mengenai tolong-menolong yang diajarkan di dalam Islam tersebut. Aturan pakai untuk menggunakan atau menjalankan ajaran untuk saling tolong-menolong ini tentu saja hanya terdapat di dalam Al Quran dan Hadits, karena Islam adalah dien yang sumber utama ajarannya adalah Al Quran dan Hadits.

Aturan pakai yang untuk melaksanakan ajaran saling tolong-menolong yang terdapat di dalam Al Quran di antaranya adalah sebagai berikut :

وَالْعَصْرِ (١
“Demi masa”

إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

(QS. Al-’Ashr: 1-3)

Contoh yang sederhana misalnya kita membantu seorang nenek yang mau menyebrang jalan, menyisihkan sebagian harta kita untuk korban bencana, membantu seseorang untuk berdiri karena terjatuh.



Jiwa Sosial

Mengasah Jiwa Sosial


Mempunyai anak yang memiliki jiwa sosial yang tinggi adalah keinginan setiap orang tua. Apalagi jika kalau dia memiliki karakter yang empati terhadap sesamanya yang kurang beruntung. Bagaimana mengasah jiwa sosial anak?

Untuk mendapatkan karakter positif anak atau seseorang, butuh proses yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten.  mengajarkan anak mampu bersikap empati terhadap sesama dimulai dari lingkungan keluarga.

Dan harus dilakukan sejak dia masih kecil. Misalnya dalam keluarga, anak yang dibiasakan melakukan salat berjemaah sehari-hari.

Ketika salat berjemaah itu, sebenarnya mulai mengakar sikap saling tolong menolong. Misalnya anak yang satu disuruh azan, yang lainnya mengatur sajadah. Kerja sama ini dibina melalui salat berjemaah.

 Anak juga dibiasakan melakukan pekerjaan rumah sehari-hari seperti menyapu dan mengepel rumah. Sekaligus membantu sang ibu tercinta mengatasi pekerjaan rumah tangga.

 "Otomatis anak melihat dan mau membantu. Nah, kalau cikal bakalnya dalam rumah tangga bentuk kepedulian itu terwujud, maka mudah disalurkan ke luar rumah,”

 Dan juga kita aktif membawa para buah hatinya ke masjid. Ketika sang ayah azan di masjid, mereka belajar azan juga. Ataupun turut dengan teman-teman lainnya di masjid untuk mengaji bersama.

 Kalau di masjid kan juga ada kotak amal, kita harus memberikan contoh kepada mereka untuk belajar menyumbang atau pun kepada orang-orang cacat di pinggir jalan.

Perilaku mengajarkan anak berbagi dengan bentuk sumbangan juga bagus dilakukan.
Memberikan sumbangan dari panti asuhan maupun masjid. “Orang tua bisa memberi uang kepada anak dan si anak itu yang masukkan ke dalam amplop uang sumbangannya dengan memberikan pengertian bahwa uang itu nantinya digunakan untuk saling membantu.

Kalo hal tersebut di lakukan atau ditanamkan maka akan tercipta anak atau generasi muda yang baik.





Status Sosial Dalam Masyarakat

Status Sosial

Setiap individu dalam masyarakat memiliki status sosialnya. Status merupakan perwujudan atau pencerminan dari hak dan kewajiban individu dalam tingkah lakunya. Status sosial sering pula disebut sebagai kedudukan atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Pada semua sistem sosial, tentu terdapat berbagai macam kedudukan atau status, seperti anak, isteri, suami, ketua RW, ketua RT, Camat, Lurah, Guru, Petani.
Dalam teori sosiologi, unsur-unsur dalam sistem pelapisan masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedua unsur ini merupakan unsur baku dalam pelapisan masyarakat. Kedudukan dan peranan seseorang atau kelompok memiliki arti penting dalam suatu sistem sosial. Apa itu sistem sosial ?
Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik dan tingkah laku individu-individu dalam masyarakat dan hubungan antara individu dan masyarakatnya. Status atau kedudukan adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial atau kelompok masyarakat.


Untuk Memperoleh Status.

Bagaimana cara individu memperoleh statusnya? Cara-cara memperoleh status atau kedudukan adalah sbb:

1) Ascribed Status adalah keuddukan yang diperoleh secara otomatis tanpa usaha. Status ini sudah diperoleh sejak lahir. Contoh: Jenis kelamin, gelar kebangsawanan, keturunan, dsb.
2) Achieved Status adalah kedudukan yang diperoleh seseorang dengan disengaja. Contoh: kedudukan yang diperoleh melalui pendidikan guru, dokter, insinyur, gubernur, camat, ketua OSIS dsb.
3) Assigned Status merupakan kombinasi dari perolehan status secara otomatis dan status melalui usaha. Status ini diperolah melalui penghargaan atau pemberian dari pihak lain, atas jasa perjuangan sesuatu untuk kepentingan atau kebutuhan masyarakat.Contoh: gelar kepahlawanan, gelar pelajar teladan, penganugerahan Kalpataru dsb.


Akibat yang Ditimbulkan Status Sosial

Kadangkala seseorang/individu dalam masyarakat memiliki dua atau lebih status yang disandangnya secara bersamaan. Apabila status-status yang dimilikinya tersebut berlawanan akan terjadi benturan atau pertentangan. Hal itulah yang menyebabkan timbul apa yang dinamakan Konflik Status. Jadi akibat yang ditimbulkan dari status sosial seseorang adalah timbulnya konflik status.

Contoh Konflik Status:

1) Konflik Status bersifat Individual: Konflik status yang dirasakan seseorang dalam batinnya sendiri. Contoh: – Seorang wanita harus memilih sebagai wanita karier atau ibu rumah tangga - Seorang anak harus memilih meneruskan kuliah atau bekerja.
2) Konflik Status Antar Individu: Konflik status yang terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain, karena status yang dimilikinya. Contoh: – perebutan warisan antara dua anak dalam keluarga - Remaja berkelahi  gara-gara sepeda motor yang dipinjamnya dari kakak mereka.
3) Konflik Status Antar Kelompok: Konflik kedudukan atau status yang terjadi antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Contoh: – Peraturan yang dikeluarkan satu departemen bertentangan dengan peraturan departemen yang lain. DPU (Dinas Pekerjaan Umum) yang punya tanggung jawab terhadap jalan-jalan raya, kadang terjadi konflik dengan PLN (Perusahaan LIstrik Negara) yang melubangi jalan ketika membuat jaringan listrik baru. Pada waktu membuat jaringan baru tersebut, kadangkala pula berkonflik dengan TELKOM karena merusak jaringan telpon dan dengan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) karena membocorkan pipa air. Keempat Instansi tersebut akan saling berbenturan dalam melaksanakan statusnya masing-masing.

Strategi Mengatasi Konflik

1) Menciptakan kontak dan membina hubungan
2) Menumbuhkan rasa percaya
3) Mencari beberapa alternatif
4) Memilih alternatif
5) Merencanakan pelaksanaan jalan keluar

Sumber :
http://studynut.blogdetik.com/2012/01/09/status-sosial-dalam-masyarakat





Sabtu, 20 Oktober 2012

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia



Pancasila sila ke lima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Adil mempunyai bobot yang lebih berat dibandingkan dengan makmur dan sentosa. Rakyat bisa tahan dengan ketidak makmuran, akan tetapi rakyat tidak akan tahan dengan ketidak adilan. 

Apabila keadilan sudah ditegakkan, maka kemakmuran hanya masalah waktu, dan sentosa/kesejahteraan pasti akan menyusul. Akan tetapi jika kemakmuran yang didahulukan, maka keadilan belum tentu akan tercapai, bahkan bisa menjadi semakin jauh. Kemakmuran tanpa keadilan adalah kemakmuran semu, yang pada akhirnya akan menjadi suatu keruntuhan.

Keadilan harus menjadi syarat dan tolok ukur keberhasilan dari seluruh produk kenegaraan.

Sosial di sini bukanlah berarti faham sosialisme, tetapi sosial berarti rakyat banyak. Keadilan sosial di sini berarti suatu hirarki, bahwa keadilan untuk rakyat banyak adalah lebih penting dibandingkan keadilan untuk kelompok tertentu, apalagi individu tertentu. Tentu saja dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip keadilan.

Hal tersebut juga berlaku untuk kemakmuran, bahwa kemakmuran rakyat banyak harus lebih didahulukan dibandingkan dengan kemakmuran kelompok tertentu, atau individu tertentu. Dan kesejahteraan rakyat banyak harus diutamakan dibandingkan dengan kesejahteraan untuk kelompok tertentu, atau individu tertentu.


Misalnya saja kasus yang belom lama ini muncul di media-media elektronik maupun surat kabar mengatakan seorang anak kecil dari Palu,Sulteng yang mencuri sandal milik anggota brimob mendapatkan hukuman 5 tahun penjara. Yang kedua berita dari Tanggerang seorang nenek mencuri piring mendapat hukuman 4 bulan penjara. Dan saya rasa masih banyak lagi kasus-kasus seperti di atas yang seharusnya bisa di selesaikan secara kekeluargaan atau musyawarah tanpa mengambil jalur hukum seperti itu.

Yang lebih mencengakan lagi kasus-kasus besar di Negara kita ini seperti korupsi dimana-mana kebanyakan kasusnya hilang begitu saja bak di telan bumi. Padahal jelas-jelas jika korupsi itu lebih banyak mengambil uang rakyat di bandingkan pencuri sandal yang paling harganya hanya 10 ribu rupiah atau piring sungguh sangat membuat saya menggelangkan kepala mendengar berita semacam ini.

Memang pada dasarnya saya mengakui bahwa sangat sulit untuk membarantas korupsi di Indonesia di banding membarantas para pencuri sandal ataupun piring tadi, tapi itu semua terjadi juga karena keboborokan pemerintahan kita yang terkesan melindungi para koruptor yang sudah jelas-jelas bersalah, namun tetap dapat berkeliling Indonesia atau bahkan keliling dunia. Kalaupun ada koruptor yang di tangkap di jebloskan ke penjara, mereka bahkan mendapatkan fasilitas-fasilitas yang istima di sel tersebut. Bahkan ada yang di dalam penjara dapat melakukan operasi plastik sungguh terlalu Negara kita ini.

Lantas apakah keadilan di Indonesia sudah mulai rapuh atau bahkan sudah mulai hilang oleh perkembangan globalisasi yang sangat cepat ini. Hanya kita sendiri lah yang tau kemana Negara kita akan melangkah apakah terus menerus terpuruk oleh masalah ini, atau bahkan lebih parah lagi.

Tapi marilah kita yakin berusaha sunguh - sungguh dan bersama - sama untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bangsa yang tercinta ini.

sumber :
http://sosbud.kompasiana.com/2012/06/15/dimanakah-keadilan-di-negara-kita/







Masyarakat Dalam Kehidupan Sosial Antar Manusia

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.

A. Pengertian Masyarakat
Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia.

1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.

3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.

4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.



B. Ciri / Kriteria Masyarakat Yang Baik
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpolan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat.

1. Ada sistem tindakan utama.
2. Saling setia pada sistem tindakan utama.
3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
4. Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi manusia.


sumber :
http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-kehidupan-sosial-antar-manusia.

Status Sosial Dan Stratifikasi Sosial



A. Macam-Macam / Jenis-Jenis Status Sosial

1. Ascribed Status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.

2. Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.

3. Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.

B. Macam-Macam / Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial

1. Stratifikasi Sosial Tertutup

Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah.

Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat / bangsawan darah biru.

2. Stratifikasi Sosial Terbuka

Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain.

Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa merubah penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan bayaran / penghasilan yang tinggi.

Janganlah memandang orang dari status sosialnya, apapun status sosial kita dimata Allah SWT adalah sama.

sumber :
http://www.google.co.id/imgres?
http://tmdana.blogspot.com/2012/01/tugas-3-ilmu-sosial-dasar.html

Masalah Sosial



Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan atau konflik dalam kehidupan keluarga, kelompok atau masyarakat.

Untuk mengetahuai masalah sosial kenapa bisa terjadi, maka kita perlu mengamati. Dan untuk memudahkan mengamati masalah-masalah sosial, Stark (1975) membagi masalah sosial menjadi 3 macam yaitu :

(1) Konflik dan kesenjangan, seperti : kemiskinan, kesenjangan, konflik antar kelompok, pelecehan seksual dan masalah lingkungan.

(2) Perilaku menyimpang, seperti : kecanduan obat terlarang, gangguan mental, kejahatan, kenakalan remaja dan kekerasan pergaulan.

(3) Perkembangan manusia, seperti : masalah keluarga, usia lanjut, kependudukan (seperti urbanisasi) dan kesehatan seksual.

Salah satu penyebab utama timbulnya masalah sosial adalah pemenuhan akan kebutuhan hidup (Etzioni, 1976). Artinya jika seorang anggota masyarakat gagal memenuhi kebutuhan hidupnya maka ia akan cenderung melakukan tindak kejahatan dan kekerasan. Dan jika hal ini berlangsung lebih masif maka akan menyebabkan dampak yang sangat merusak seperti kerusuhan sosial. Hal ini juga didukung oleh pendapatnya Merton dan Nisbet (1971) bahwa masalah sosial sebagai sesuatu yang bukan kebetulan tetapi berakar pada satu atau lebih kebutuhan masyarakat yang terabaikan.

Dengan menggunakan asumsi yang lebih universal maka “tangga kebutuhan” dari Maslow dapat digunakan yaitu pada dasarnya manusia membutuhkan kebutuhan fisiologis, sosiologis, afeksi serta aktualisasi diri, meskipun Etzioni (1976) menjelaskan bahwa masyarakat berbeda antara satu dengan yang lain terkait dengan cara memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena seorang individu pada dasarnya merupakan hasil “bangunan” budaya dimana individu itu tumbuh.

Hadley Cantrill (dalam Etzioni, 1976) melakukan penelitian di 14 negara dengan menanyakan harapan, aspirasi dan pangkal kebahagian kepada masyarakat di 14 negara tersebut diantaranya Brazil, Mesir, India, Amerika Serikat dan Yugoslavia. Hasilnya adalah hampir semua responden menyatakan bahwa faktor ekonomilah yang menempati urutan teratas terkait dengan harapan, aspirasi dan kebahagian bila dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya.

Sebab lain adalah karena patologi sosial, yang didefinisikan oleh Blackmar dan Gillin (1923) sebagai kegagalan individu menyesuaikan diri terhadap kehidupan sosial dan ketidakmampuan struktur dan institusi sosial melakukan sesuatu bagi perkembangan kepribadian. Hal ini mencakup : cacat (defect), ketergantungan (dependent) dan kenakalan (delinquent).

Para penganut perspektif patologi sosial pada awalnya juga beranggapan bahwa masalah sosial dapat dilakukan dengan cara penyembuhan secara parsial berdasarkan diagnosis atau masalah yang dirasakan. Tetapi akhirnya disadari bahwa penyembuhan parsial tidak mungkin dilakukan karena masyarakat merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan permasalahan bersifat menyeluruh.

Jika ruang lingkup masalah patologi sosial lebih mikro dan individual, maka dari perspektif “disorganisasi sosial” menganggap penyebab masalah sosial terjadi akibat adanya perubahan yang cukup besar di dalam masyarakat seperti migrasi, urbanisasi, industrialisasi dan masalah ekologi

Dengan memperhatikan perbedaan lokasi suatu daerah, Park (1967), menemukan bahwa angka disorganisasi sosial dan timbulnya masalah sosial yang tinggi ada pada wilayah yang dikategorikan kumuh akibat arus migrasi yang tinggi, dan hal ini diperkuat dengan pendapat Faris dan Dunham (1965), bahwa tingkat masalah sosial lebih tinggi di pusat kota secara intensitas dan frekuensi dibandingkan daerah pinggiran.

Disamping itu industrialisasi-pun (selain memberikan dampak yang positif) juga memberikan dampat yang negatif pada suatu masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Mogey (1956) menjelaskan bahwan pertumbuhan industri kendaraan bermotor di kota Oxford menjadikan biaya hidup di kota tersebut menjadi tinggi yang pada akhirnya akan mendorong buruh menuntut peningkatan upah kerja.

Perlu ditambahkan juga disini, bahwa masalah sosial tidak hanya karena kesalahan struktur yang ada di dalam masyarakat atau kegagalan sistem sosial yang berlaku namun juga dari tindakan sosial yang menyimpang atau yang dikenal sebagai “perilaku menyimpang” yaitu menyimpang dari status sosialnya (Merton & Nisbet, 1961).

Misalkan seseorang yang sudah tua bertingkah laku seperti anak-anak atau orang miskin bertingkah laku seperti orang kaya dan lainnya. Dengan demikian, seseorang itu disebut berperilaku menyimpang karena dia dianggap gagal dalam menjalankan kehidupannya sesuai harapan masyarakat. Namun demikian, Heraud (1970) membedakan lagi jenis perilaku menyimpang ini, apakah secara statistik, yaitu berlainan dengan kebanyakan perilaku masyarakat secara umum ataukah secara medik, yang lebih menekankan kepada faktor “nuture” atau genetis.


Pustaka / sumber :
Masalah-masalah Sosial. Paulus Tangdilintin. Universitas Terbuka. 2007.
http://umum.kompasiana.com/2009/07/06/masalah-masalah-sosial


Ilmu Sosial Dasar

Ilmu Sosial Dasar yaitu pengetahuan yang memperdalam masalah-masalah social, khususnya didalam masalah-masalah yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia, dengan menggunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang ilmu pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu social (seperti geografi social, sosiologi, antropologi social, ilmu politik, ekonomi, psikologi social, dan sejarah).

A. Tujuan ISD (Ilmu Sosial Dasar)

Tujuan ilmu sosial dasar adalah membantu perkembangan pikir mahasiswa dan kepribadian agar memperoleh wawasan yang lebih luas dan ciri kepribadian yang diharapkan dari setiap golongan terpelajar Indonesia.

1). Memahami dan juga menyadari adanya kenyataan social dan masalah-maslah social yang ada di dalam masyarakat.
2). Peka terhadap masalah social untuk ikut serta dalam usaha-usaha menanggulanginya.
3). Menyadari bahwa setiap masalah social yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat kompleks dan hanya dapat mendekatinya (mempelajarinya).

B.  Ruang lingkup Materi Ilmu Sosial Dasar

Kenyataan-kenyataan social yang ada dalam masyarakat, yang secara bersama-sama merupakan maslah social tertentu. Kenyataan-kenyataan social tersebut sering ditanggapi secara berbeda oleh para ahli ilmu social. Karena adanya perbedaan latar belakang disiplin ilmu atau sudut pandangnya
Konsep-konsep social atau pengertian-pengertian tentang kenyataan-kenyataan social dibatasi pada konsep dasar atau elementer saja yang sangat diperlukakn untuk mempelajari masalah-masalah social. Sebagai contoh dari konsep dasar semacam ini misalnya konsep keanekaragaman, dan konsep kesatuan social. Bertolak dari kedia konsep tersebut diatas, maka dapat kita pahami dan sadari di dalam masyarakat selalu terdapat:

1). Persamaan dan perbedaan pola pemikiran dan pola tingkah laku
baik secara individual maupu kelompok.

2). Persamaan dan perbedaan kepentingan. Persamaan dan perbedaan itulah yang seringkali menyebabkan timbulnya konflik, kerjasama, kesetiakawanan antar individu dan golongan. Masalah-masalah social yang timbul dalam masyarakat biasanya terlibat dalam berbagai kenyataan social yang antara satu dengan yang lainnya salaing berkaitan.

Contohnya adalah masalah kemiskinan yang dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku di masyarakat yang bersangkutan (Suparlan, 1984).

Contoh lainnya misalnya tentang masalah ketimpangan sosial  yang terjadi akibat tidak meratanya pembangunan, di beda bedakannya pelayanan Kesehatan atau rumah sakit ,akses pendidikan antara Si Kaya dan Si Miskin sehingga  menimbulkan berbagai bentuk protes dalam masyarakat. Mulai protes berupa pernyataan tertulis atau pernyataan terbuka seperti yang sedang marak akhir-akhir ini dalam bentuk sorotan tajam terhadap pemborosan anggaran yang dilakukan oleh lembaga legislatif, hingga aksi-aksi destruktif misalnya pencurian, perampokan, dan sebagainya. Tidak jarang pula kita jumpai kasus-kasus semisal anak SD yang gantung diri karena tidak memiliki seragam baru atau siswi  yang menjual dirinya demi mengikuti gaya hidup teman-temannya yang hedonis.